3
Jahe
(Zingiber officinale), adalah
tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan
pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe
termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur
yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan
pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang
jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak
terlalu tua.
Jahe segar Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe,
juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe dibersihkan
dan dijual kepasaran.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang
terdapat di pasaran, yaitu:
- Jahe kering
- Awetan jahe
- Jahe bubuk
- Minyak jahe
- Oleoresin jahe
Jahe
kering
Merupakan potongan jahe
yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis (digebing). Jenis
ini sangat populer di pasar tradisional.
Awetan
jahe
Merupakan hasil pengolahan
tradisional dari jahe segar. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah,
tingting jahe (permen jahe), acar, asinan, sirup, dan jahe instan. Beberapa
jenis olahan jahe ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia.
Bubuk
jahe
Merupakan hasil pengolahan
lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan
selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe
diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya
menggunakan bahan baku jahe kering.
Oleoresin
jahe
Adalah
hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Warnanya cokelat dengan
kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
Kunyit
atau kunir, (Curcuma longa
Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah
satu tanaman rempah-rempah dan obat
asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian
mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia
umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu
atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean,
Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan
beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma
(Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir
(Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa
digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai
bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna
kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing
dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid)
atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen
makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.
Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa
suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah
berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan
tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,
Nepagin dan Kolidon 90.
Lengkuas,
laos atau kelawas (Karo) (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan
umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan
tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang
kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk
pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah Alpinia
purpurata K Schum.
Lengkuas adalah terna
tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang
tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun.[2] Batangnya ini bertipe batang semu. Daunnya
tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing,
pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm. Pelepah daunnya berukuran 15-30 cm, beralur, dan
berwarna hijau. Perbungaannya majemuk dalam tandan yang
bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di
bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida
memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota
bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya
berwarna hijau. Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat,
apabila sudah tua.[1] Umbinya berbau harum, ada yang putih, juga ada
yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karenanya,
dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya.[2] Rimpangnya ini merayap, berdaging, kulitnya
mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk
mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen dilakukan pada saat
tanaman berusia 2,5-4 bulan.[
Komentar
Posting Komentar