2


. URAP PAKIS


Hasil gambar untuk urap pakis
 Urap (kadang dieja urab atau disebut jamak urap-urap) adalah hidangan salad berupa sayuran yang dimasak (direbus) yang dicampur kelapa parut yang dibumbui sebagai pemberi citarasa. Urap lazim ditemukan dalam masakan Indonesia, akan tetapi jika ditelusuri, urap berasal dari khazanah masakan Jawa. Urap sama sekali tidak mengandung daging, dan dapat dimakan begitu saja sebagai makanan vegetarian atau sebagai sayuran teman nasi sebagai bagian dari hidangan lengkap. Urap biasanya merupakan syarat atau hidangan penting sebagi sayur pengiring dan pelengkap tumpeng Jawa. Urap juga lazim disajikan bersama nasi kuning.

Bahan :
- Pakis
- Bawang putih
- Cabai rawit
- kelapa yang sudah disangrai

Cara membuat :
- Haluskan  Bawang putih, cabai rawit, dan kelapa sangrai 
- Blanch pakis
- Setelah itu campurkan semua bahan menjadi satu.


 Tongseng Kambing
Hasil gambar untuk tongseng kambing


   Tongseng bermula dari kedatangan bangsa Arab dan India abad 18 Masehi untuk melakukan perdagangan. Tak hanya itu, pertukaran budaya juga terjadi antara penduduk lokal dan pendatang. Berbagai kebudayaan masuk ke Tanah Air termasuk kuliner. Kedua bangsa tersebut memperkenalkan ragam hidangan kambing dan domba kala itu. Berabad kemudian di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogja, berbagai hidangan olahan kambing menjadi populer di Indonesia. Hal ini karena banyaknya daerah penghasil kambing yang baik bermunculan. Sate daging atau hati menjadi kreasi pertama yang dikenal kala itu. Sisanya, jeroan dan tulang kemudian menggunakan rempah dan santan, sehingga menghasilkan hidangan yang diberi nama gule atau gulai. 

             Saat pabrik gula pasir, gula merah, dan kecap mulai bermunculan, masyarakat selatan Jawa mulai meracik menu baru dengan cara mengoseng daging kambing dengan kecap. Tidak lupa, aneka bumbu iris dan kuah gulai juga menjadi komposisi makanan tersebut. Irisan tomat dan kubis juga digunakan untuk menambah kesegaran hidangan tersebut. Inilah yang kemudian dikenal dengan nama Tongseng. Seng dari tongseng diambil dari kata 'oseng-oseng' (tumis).

          Cikal bakal hidangan Tongseng dipercaya berasal dari Kecamatan Klego, Boyolali. Dulunya, masyarakat kecamatan Klego mencari nafkah dengan bertani, namun ternyata mata pencaharian ini belum dapat mencukupi kebutuhan mereka. Akhirnya mereka beralih profesi dengan menjual sate dan tongseng sampai sekarang. Bahkan ada Patung Sate Tongseng yang menunjukkan kebanggaan masyarakat Klego pada hidangan otentik ini. Sejalan dengan waktu dan perpindahan penduduk Kecamatan Klego di wilayah-wilayah lain, hidangan ini bermunculan di berbagai tempat di Pulau Jawa, bahkan di seluruh Nusantara.


            Bumbu Halus :

-          4 butir Bawang merah
-          3 siung Bawang putih
-          3 butir Kemiri
-          3 buah Cabai merah
-          1 sdt Ketumbar
-          1/2 buah Pala
-          Gula secukupnya
-          Garam secukupnya
-          1/4 sdt Merica

Bahan :

-          500 gr Daging kambing
-          1/4 buah Daun kol, iris kasar
-          1 batang Daun bawang, iris tipis
-          1 lembar Daun salam
-          3 lembar Daun jeruk
-          3 buah Tomat muda, potong sesuai selera
-          1 batang Serai, memarkan
-          2 cm Jahe, memarkan
-          2 sdm Kecap manis
-          1 liter Air 
-          Minyak goreng secukupnya

Cara Membuat :

1.      Rebus daging kambing dengan daun salam dan serai, lalu buang airnya. Potong-potong daging kambing menjadi ukuran kecil
2.      Panaskan minyak goreng, lalu tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk, serai dan jahe hingga harum
3.      Masukkan daging, kemudian tuang air. Aduk rata
4.      Tambahkan kecap. Masak hingga air mulai berkurang dan bumbu meresap
5.      Masukkan daun kol dan daun bawang. Aduk rata
6.      Setelah kol sudah nampak layu, masukkan tomat. Aduk sebentar, lalu angkat dan sajikan


       
     Rujak Buah
   Asal mula rujak buah tidak diketahui secara pasti. Namun, makanan ini begitu erat dengan tradisi masyarakat Jawa. Dalam tradisi Jawa, biasanya diadakan acara syukuran ketika kehamilan seorang wanita memasuki usia tujuh bulan. Rujak buah adalah makanan yang kerap dijumpai dalam acara tujuh bulanan tersebut. Berbeda dengan rujak biasa, rujak yang dipakai dalam upacara ini menggunakan bahan dari kulit bagian dalam kelapa muda yang dicincang sampai berbentuk serat pendek dan kecil-kecil dan dicampur dengan cincangan kecil buah-buahan. Selain rujak disertakan juga umbi-umbian (Jawa: kepolo pendem) yang sudah matang dan jajan tradisional bernama procot. 


           Selesai upacara rujak ini dibagikan kepada tamu yang hadir. Ada kepercayaan bahwa apabila kebanyakan dari tamu rujaknya terasa sepat dan pedas maka anak yang sedang dikandung adalah seorang anak laki-laki. Sedangkan apabila rujak itu terasa segar dan manis sebagaimana rujak biasa maka yang dikandung itu adalah anak perempua. Terlepas dari itu semua, kini rujak buah dapat mudah dijumpai di mana saja.

 Bumbu Rujak :

-          50 gr Kacang tanah, sangrai
-          10 buah Cabai rawit
-          250 gr Gula jawa
-          3 sdm Gula pasir
-          1/2 sdt Garam
-          50 ml Air asam jawa
-          100 ml Air panas

Bahan :

-          50 gr Mangga, iris tipis
-          50 gr Bengkuang, iris tipis
-          50 gr Kedondong, iris tipis
-          50 gr Ubi jalar kuning, iris tipis
-          50 gr Jambu air, potong menjadi 4 bagian

Cara Membuat :

1.      Bumbu rujak : Ulek cabai rawit, gula jawa, gula pasir dan garam hingga halus, lalu masukkan kacang dan ulek lagi. Tambahkan air asam dan air panas, aduk rata. Sisihkan
2.      Tata buah di atas piring saji, kemudian tuangkan bumbu kacang. Sajikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1

Talas

1